UMKM Menjadi Pilar Penting
dalam Perekonomian Indonesia Target rasio kewirausahaan
nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah
mencapai 3,9% dan pertumbuhan wirausaha baru sebesar 4% pada tahun 2024. Dalam
acara Leader, Executive, & Enterpreneur Program Industry & Business
Institute of Management (IBIMA) secara virtual, Rabu (5/5), Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan kembali arahan Presiden
Joko Widodo bahwa tahun 2021 akan menjadi tahun yang penuh peluang, tahun
pemulihan ekonomi nasional dan global. “Saya mengapresiasi IBIMA yang
telah melaksanakan kegiatan ini karena turut mendukung program Pemerintah dalam
memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya kewirausahaan di tanah air,” pungkas
Airlangga. Saat ini, seiring dengan adanya
penurunan kasus positif COVID-19 serta pelaksanaan Vaksinasi, Menko Airlangga
mengatakan bahwa kinerja sektor ritel saat ini sudah menunjukkan peningkatan
penjualan ritel pada periode Q1-2021. Beberapa sub kelompok belanja yang
mengalami peningkatan pada periode kuartal I 2021 antara lain Supermarkets,
Restaurant, Medical, Household, dan Fashion. Selain itu, rilis data Purchasing
Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia juga menunjukkan hal yang
menggembirakan dimana sektor manufaktur Indonesia mengalami percepatan pertumbuhan
pada Bulan April 2021 dengan mencatatkan rekor tertinggi di posisi 54,6 yang
berarti naik dari posisi 53,2 pada bulan sebelumnya. “Diharapkan dengan adanya
perbaikan demand, baik pada industri dan pada beberapa sub kelompok belanja
ritel tersebut dapat meningkatkan semangat para pelaku industri dan UMKM untuk
kembali produktif,” ujar Airlangga. UMKM merupakan pilar terpenting
dalam perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM,
jumlah UMKM saat ini mencapai 64,2 juta dengan kontribusi terhadap PDB sebesar
61,07% atau senilai 8.573,89 triliun rupiah. Kontribusi UMKM terhadap
perekonomian Indonesia meliputi kemampuan menyerap 97% dari total tenaga kerja
yang ada serta dapat menghimpun sampai 60,4% dari total investasi. Namun,
tingginya jumlah UMKM di Indonesia juga tidak terlepas dari tantangan yang ada. Untuk menjawab tantangan itu,
Pemerintah telah menjalankan sejumlah program dukungan UMKM, diantaranya
bantuan insentif dan pembiayaan melalui program PEN, Kredit Usaha Rakyat,
Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI), Digitalisasi pemasaran
UMKM, Penguatan Wirausaha Alumni Program Kartu Prakerja Melalui Pembiayaan KUR,
dan termasuk pula strategi jangka panjang menaikkan kelas UMKM melalui UU Cipta
Kerja. Dampak lain dari pandemi ini
adalah mendorong shifting pola konsumsi barang dan jasa dari offline ke online,
dengan adanya kenaikan trafik internet berkisar 15-20%. Hal ini menjadi
momentum untuk mengakselerasi transformasi digital. Potensi digital ekonomi
Indonesia juga masih terbuka lebar dengan jumlah populasi terbesar ke-4 di
dunia dan penetrasi internet yang telah menjangkau 196,7 juta orang. “Dukungan dan kerjasama serta
kolaborasi dalam membangun UMKM dan industri anak bangsa berbasis teknologi
tepat guna memasuki era Industri 4.0 perlu terus ditingkatkan. Dengan
keterlibatan para ahli dan profesional bisnis, kami yakin bahwa kita semua
memiliki semangat yang sama dalam membantu dan mengembangkan UMKM pada masa
pandemi dan era digital ini,” pungkas Menko Airlangga.
|