SUKSES dalam karier menjadi impian setiap
orang. Saat ini, kesuksesan itu pun tampaknya bukan sesuatu yang baru bisa
diraih setelah puluhan tahun. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa beberapa
orang yang berada di kelompok usia 30-an, 40-an, bahkan 20-an sudah meraih
kesuksesan. Siapa yang tidak ingin mengenyam kesuksesan dan langsung pensiun
pada usia muda? Sayangnya, keberadaan krisis, disrupsi, serta perubahan
terus-menerus pada era volatility,
uncertainty, complexity, dan ambiguity
(VUCA) saat ini membuat jalan menuju sukses tidak mulus bagi semua orang.
Karena itulah, banyak lembaga berusaha mengembangkan program coaching untuk membantu para talent meraih kesuksesan. Proses coaching membantu kita untuk bisa
melihat diri sendiri, mengeksplorasi pilihan-pilihan baru, dan berani menerobos
hambatan yang selama ini menghalangi. Akan tetapi, tidak semua talent dapat menarik manfaat positif
dari coaching. Penyebabnya beragam,
mulai dari tidak ada waktu yang tepat, biaya yang cukup tinggi, hingga tidak
tersedia coach kompeten yang dapat
mengembangkan program yang cocok dengan kebutuhan talent. Dalam situasi seperti
itu, ada baiknya kita meninjau dan memperluas definisi coaching. Coaching tidak lagi sekadar sebuah kegiatan, tetapi
menjadi suatu konsep pendekatan. Dengan mengambil konsep coaching sebagai suatu pendekatan, individu dapat mempelajari
teknik-teknik yang digunakan oleh seorang coach
dan membuatnya sebagai pilihan-pilihan untuk pengembangan dirinya sendiri. Self-coaching is the skill of asking.
Dalam pendekatan coaching, hal utama
yang perlu dilakukan setiap coach
atau calon coach adalah menguji
pendekatan-pendekatan tersebut pada dirinya sendiri. Hal ini merupakan dasar
dari pembenahan diri. Dengan pendekatan ini, self-awareness kita akan meningkat. Kita pun merasa lebih self-sufficient. Self-coaching adalah kemampuan kita untuk mengajukan
pertanyaan pada diri sendiri demi peningkatan self-awareness dan pengaktifan reaksi-reaksi positif. Setiap orang
sebetulnya dapat melakukan coaching
pada dirinya sendiri, terlepas dari pengalaman dan keahliannya. Kita memang
perlu berlatih untuk menyusun dan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri.
Dengan kesadaran hasil refleksi ini, tindakan kita dalam menghadapi tantangan
akan diwarnai resilience dan
kemandirian yang lebih besar. Ada tiga keterampilan coaching yang perlu kita kembangkan. Keterampilan pertama adalah self-awareness. “Self-awareness doesn’t
arise by accident. We make it happen.” Kita bisa memulainya dengan membuat
mind map. Tuliskan semua tantangan kita dengan pertanyaan-pertanyaan 5W 1H,
yakni what, when, where, who, why, dan how. Misalnya, ketika ingin meningkatkan kualitas
relasi interpersonal kita, daftar pertanyaan tersebut bisa disusun sebagai
berikut. Who: Siapa target yang kita
inginkan untuk membina hubungan lebih baik? What:
Hal-hal apa saja yang bisa mengganggu relasi ini? Apa kekurangan yang ada dalam
diri kita dalam berhubungan dengan orang lain? Dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan mendasar itu saja, kita sudah memperdalam self-awareness. Langkah selanjutnya,
kita perlu membedakan antara intent
dan impact. Misalnya, seseorang yang
terus-menerus gagal mengubah cara bekerja anak buahnya agar lebih sistematis
perlu mempertanyakan apa intensi dirinya memberikan arahan tersebut dan apa
dampak yang dirasakan oleh anak buahnya. Bisa jadi, niat baiknya tersebut
dirasakan sebagai beban oleh anak buahnya sehingga dikerjakan dengan berat
hati. Oleh karena itu, ia perlu mengganti pendekatannya dengan menunjukkan lebih
jelas manfaat-manfaat yang dapat mereka peroleh ketika bekerja dengan metode
yang lebih terstruktur. Keterampilan kedua adalah mengajukan pertanyaan. Banyak
individu yang begitu mengajukan pertanyaan terasa menyudutkan atau
“mengecilkan” orang lain. Di sinilah ia perlu berlatih untuk mengajukan
pertanyaan efektif dan tetap berdampak positif, baik pada orang lain maupun
pada dirinya sendiri. Untuk itu, gunakan metode 3O dalam mengajukan
pertanyaan. O yang pertama adalah “Open”.
Contohnya adalah pertanyaan-pertanyaan yang dimulai dengan 5W 1H tadi.
Pertanyaan terbuka itu biasanya dapat mengeksplorasi diri kita lebih lanjut.
Misalnya, kita bisa bertanya hal-hal apa saja yang membuat kita menyukai
pekerjaan, ketimbang bertanya apakah kita menyukai pekerjaan yang hanya
memberikan jawaban iya atau tidak. Dengan pertanyaan tersebut, kita akan
mengetahui perasaan kita secara lebih luas. O yang kedua adalah “Ownership”. Mengingat hal yang paling
mudah dikendalikan adalah diri sendiri, kita perlu membiasakan diri untuk
menjadikan diri sendiri sebagai subyek perubahan. Misalnya, kita bisa bertanya,
“apa yang harus saya perbuat agar anak buah lebih rajin menepati deadline?”,
ketimbang bertanya, “mengapa anak buah tidak bisa menepati deadline, padahal
sudah ditegur berkali kali?”. O yang ketiga adalah “One-at-a-time”. Kita tidak bisa membombardir diri kita dengan
pertanyaan demi pertanyaan tanpa memberi kesempatan pada diri sendiri untuk
mengelaborasi jawabannya. Prinsip coaching adalah elaborasi. Oleh karena itu,
kita juga perlu bersabar untuk mengajukan pertanyaan pada diri sendiri dan
memikirkan jawabannya. Keterampilan ketiga adalah mendengarkan diri sendiri.
Pertanyaan yang diajukan harus dijawab sampai jelas melalui dialog yang
seimbang. Bisa saja kita sendiri kaget dengan jawabannya karena terdapat
hal-hal yang bertentangan dengan nurani sendiri ataupun kontradiksi antara
jawaban yang satu dan yang lain. Teruslah berdialog sampai menemukan atau
mengerucutkan masalah yang kita hadapi. Memperkuat kontrol diri Bagian terbesar
dari self-coaching adalah kemampuan
mendengar diri sendiri. Kita semua memiliki dua sisi nurani, yaitu inner critic dan inner coach. Inner critic harus kita tanggapi. Hal yang tidak benar
boleh kita sanggah. Kita pun perlu mencerna terlebih dahulu inner coach kita sebelum bertindak.
Dalam berkarier, kita sering merasa tidak pasti dan gamang. Self-coaching adalah kapabilitas untuk
mengembalikan kontrol kita terhadap diri sendiri dan meluruskan arah karier
kita. Keterampilan itu tidak akan pernah usang sampai kita tua. Pasalnya,
semakin banyak tanya jawab yang dilakukan pada diri kita, semakin tajam kita
dalam mengenal diri sendiri.
sumber:
https://money.kompas.com/read/2022/01/29/080500226/self-coaching |