Perbedaan
TOEFL dan TOEP
Perbedaan TOEFL dan TOEP. Bagi para dosen tentu perlu
mengikuti dan kemudian mengetahui apa saja perbedaan TOEFL dan TOEP. Sebab
keduanya adalah dua dari sekian jenis tes untuk mengukur kemampuan bahasa
Inggris seseorang. Menekuni profesi dosen biasanya disyaratkan pula untuk punya
kemampuan bahasa Inggris yang bagus. Alasannya beragam,
salah satunya yang paling jelas adalah berhubungan dengan tugas menulis artikel
ilmiah dan menerbitkannya ke dalam jurnal. Jurnal ilmiah ini bisa dalam bentuk
jurnal nasional terakreditasi dan juga jurnal internasional bereputasi. Jika
ingin menerbitkan ke jurnal internasional, maka bahasa di dalam artikel ilmiah
adalah bahasa Internasional. Memiliki hasil tes
TOEFL dan juga TOEP bahkan menjadi wajib karena menjadi syarat untuk mengikuti
sertifikasi dosen. Jadi, daripada pusing mengikuti tes di tengah kesibukan
dosen yang menggunung, ada baiknya sudah ikut tes keduanya sejak dini. Lalu,
apa perbedaan TOEFL dan TOEP tersebut? Pengertian TOEFL TOEFL merupakan
kependekan dari Test of English as a
Foreign Language. Jadi, TOEFL bisa diartikan sebagai tes kemampuan bahasa
Inggris bagi siapa saja yang tidak menggunakan bahasa Inggris dalam
keseharian. TOEFL kemudian
diterapkan tidak hanya di Indonesia akan tetapi juga di sejumlah negara yang
bahasa kesehariannya bukan bahasa Inggris. Tujuan mengikuti tes TOEFL sendiri
sangat beragam, karena hasil nilai tesnya sendiri bisa digunakan untuk berbagai
keperluan. Mulai dari keperluan kuliah atau meraih beasiswa kuliah di luar
negeri. Kemudian bisa juga
untuk masuk ke suatu perusahaan multinasional, termasuk juga di sejumlah BUMN
di Indonesia. Jadi, saat menemukan lowongan pekerjaan di sejumlah BUMN maka
akan ada tahap seleksi tes TOEFL. Jika sudah pernah mengikuti tes TOEFL maka
hasil nilainya bisa digunakan tanpa perlu ikut tes lagi. Hasil tes TOEFL juga
bisa digunakan pemiliknya untuk meniti karir di luar negeri dengan bahasa ibu
bahasa Inggris. Paling umum adalah bekerja di perusahaan bidang apapun yang
bertempat di negara Amerika Serikat atau negara lainnya. Jadi, saat mengikuti
tes peserta bisa menyampaikan tujuannya atau alasan mengikuti tes
tersebut. Sebab bahasa Inggris
yang digunakan akan disesuaikan, karena dilansir dari beberapa sumber
menyebutkan bahwa bahasa yang digunakan bisa berbeda. Misalnya saja ingin
berkarir di Amerika Serikat maka bahasa Inggris untuk TOEFL menggunakan Bahasa
Inggris Amerika. Sedangkan jika ingin berkarir atau kuliah di Inggris akan
menggunakan Bahasa Inggris yang sesuai. Pengertian TOEP TOEP memiliki
kepanjangan Test of English Proficiency dan
dilansir dari situs plti.co.id dijelaskan
bahwa TOEP merupakan tes kemahiran bahasa Inggris dalam konteks akademik. TOEP secara umum
diikuti oleh kalangan dosen sebagai upaya untuk memenuhi persyaratan
administrasi mengikuti sertifikasi dosen. Jadi, dosen yang ingin meningkatkan
jenjang karirnya dan memperoleh tunjangan khusus setiap bulan. Maka perlu
berusaha untuk lolos sertifikasi dosen tersebut. Adanya sertifikasi
dosen yang diterapkan oleh pemerintah memang bertujuan untuk terus meningkatkan
kualitas dosen di Indonesia. Jika selama ini dosen lebih sering memberikan soal
tes atau soal ujian ke mahasiswa. Maka pada beberapa kesempatan, dosen juga
akan mengikuti tes salah satunya untuk sertifikasi dosen. Bagi dosen yang ingin
mengikuti sertifikasi dan membutuhkan nilai dari tes TOEP maka diwajibkan untuk
melakukan tes di PLTI (Pusat Layanan Tes Indonesia). Sebab hasil tesnya sudah
diakui sesuai dengan standar sehingga bisa diajukan untuk memenuhi persyaratan
sertifikasi dosen. Perbedaan TOEFL dan TOEP Meskipun antara TOEFL
dengan TOEP sama-sama menguji kemampuan bahasa Inggris seseorang. Namun
keduanya memiliki sejumlah perbedaan, apa saja perbedaan TOEFL dan TOEP
tersebut? Simak informasinya di bawah ini: 1. Tahapan atau Jenis
Tes Perbedaan pertama
terletak dari tahapan atau jenis tes yang akan dijalani. Tahapan di dalam TOEFL
berbeda dengan tahapan ketika mengikuti tes TOEP. Banyak yang mengatakan bahwa
tes TOEP lebih mudah dibandingkan dengan TOEFL, apalagi tahapan tesnya juga
lebih ringkas. Pada TOEP, hanya ada
dua jenis tes yang akan dijalani pertama adalah Listening dan
yang kedua adalah Reading.
Penyelenggara tes dari PLTI menyediakan layanan tes TOEP secara daring yang
durasi tesnya antara 105 sampai 110 menit. Total waktu ini dibagi untuk dua
jenis tes tadi. Yakni 45-50 menit
untuk tes Listening dan
kemudian selama 60 menit digunakan untuk Reading. Listening sendiri bertujuan untuk
mengukur keterampilan peserta tes memahami isi dari teks yang disampaikan
secara lisan dan menggunakan bahasa Inggris. Sehingga selain harus pandai
bahasa Inggris juga harus bisa mendengarkan dengan baik. Sedangkan pada Reading bertujuan untuk mengukur
kemampuan peserta tes dalam memahami isi teks bahasa Inggris dalam bentuk
tertulis. Sehingga peserta tes akan diberi soal berupa paragraf atau cerita.
Kemudian tersedia beberapa soal pertanyaan terkait cerita tersebut, semakin
paham isi paragraf maka semakin mudah menjawab soal dengan benar. Sedangkan pada TOEFL,
memiliki 4 tahapan ujian di semua format ujian yang diikuti. Format ujian untuk
TOEFL sendiri saat ini ada tiga jenis dan berikut detailnya: a. iBT (Internet
Based Test) Pada format tes TOEFL
yang pertama ada iBT atau internet
based Test yang dibagi menjadi empat sesi. Dimulai dari Reading, Listening, Speaking, dan
terakhir adalah Writing. Nilai tertinggi
di format iBT adalah 120 poin dan saat ini ujian baru bisa dilakukan di Jakarta
dan Bandung dengan biaya sekitar Rp 2.4 jutaan. b. CBT (Computer
Based Test) Format kedua adalah
CBT atau Computer Based Test yang
soal ujiannya bisa dikerjakan langsung dari perangkat komputer. Tahapan di
dalam format ini ada Listening,
Reading, Structure, dan juga Writing.
NIlai atau skor untuk CBT dimulai dari 30 dan tertinggi adalah 300. c. PBT (Paper Based
Test) Format terakhir dalam
mengikuti tes TOEFL sekaligus menjelaskan perbedaan TOEFL dan TOEP adalah PBT
atau Paper Based Test. Sesuai
dengan namanya, format ini dilakukan secara tertulis dengan soal-soal yang
tercetak di media kertas. Sama seperti format
lainnya, PBT untuk TOEFL juga dibagi menjadi 4 sesi. Yaitu listening, structure and written
expression, reading comprehension, dan writing.
Skor untuk PBT ada di kisaran 310-667. Dilihat dari jenis
atau tahapan ujian yang akan dilalui, dari penjelasan di atas bisa disimpulkan
bahwa tahapan di TOEP lebih ringkas. Sebab hanya ada dua tahapan atau dua jenis
tes saja. Sementara di TOEFL ada empat tahapan tes, sehingga tidak keliru
rasanya jika banyak yang menyampaikan bahwa TOEP lebih mudah dibanding TOEFL. 2. Bentuk PenilaianJika dilihat dari
bentuk penilaian, ternyata ditemukan juga perbedaan TOEFL dan TOEP. Penilaian
pada TOEP sama sederhananya seperti tahapan tes di dalamnya. Jadi, TOEP memiliki
nilai antara 0 yang paling rendah dan yang paling tinggi adalah 100. Sedangkan pada TOEFL,
nilai yang digunakan ada di kisaran lebih tinggi yakni antara 220 sebagai nilai
terendah sampai 677 sebagai nilai tertinggi. Inilah yang membuat sejumlah BUMN
dan penyedia program beasiswa mensyaratkan calon peserta atau karyawan memiliki
nilai TOEFL minimal 500. Jika kemampuan bahasa
Inggris yang dimiliki terbilang bagus, atau setidaknya sangat beruntung saat
mengikuti TOEFL maupun TOEP. Maka bisa mendapatkan nilai yang tinggi. Nilai ini
bisa menjadi bekal untuk lolos seleksi beasiswa, seleksi penerimaan karyawan,
sertifikasi dosen, dan lain-lain. 3. Kegunaan atau
Manfaat Hasil Tes Perbedaan selanjutnya
adalah dari fungsi yang bisa juga dikatakan sebagai kegunaan atau manfaat hasil
tes. Jadi perbedaan TOEFL dan TOEP terletak pada aspek ini, dimana TOEP identik
untuk para dosen yang akan mengikuti sertifikasi dosen. Ada batas minimal nilai
TOEP yang harus dicapai setiap dosen untuk bisa lolos. Sementara untuk TOEFL
kegunaannya lebih beragam, seperti yang dijelaskan di awal nilainya bisa
digunakan untuk keperluan meraih beasiswa maupun kuliah keluar negeri. Selain
itu bisa juga untuk memenuhi syarat saat melamar pekerjaan di berbagai
perusahaan, baik di dalam maupun luar negeri. Saat ini, nilai tes
TOEFL berlaku selama 2 tahun. Artinya setelah melewati masa 2 tahun pasca tes
maka sudah tidak berlaku lagi. Jika membutuhkan tes TOEFL maka harus mengikuti
ujian lagi. Oleh sebab itu, pastikan memang membutuhkannya baru diikuti atau
setidaknya sudah dipersiapkan sejak 1 tahun sebelumnya. Lebih Baik Ikut yang Mana? Setelah mengetahui
perbedaan TOEFL dan TOEP mungkin ada pertanyaan, sebaiknya mengikuti tes bahasa
Inggris yang mana? Jadi, jawabannya adalah disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing. Sebab keduanya memiliki fungsi yang berbeda meskipun sama-sama
digunakan untuk mengukur kemampuan bahasa Inggris seseorang. Jika menekuni profesi
dosen, maka keduanya perlu diikuti baik itu TOEFL maupun TOEP. Sebab TOEFL diperlukan
saat ingin meraih beasiswa kuliah keluar negeri, dan bisa disiapkan setahun
sebelum berburu beasiswa. Kemudian juga perlu mengikuti TOEP sebagai persiapan
untuk mengikuti sertifikasi dosen.
Namun, jika kamu
membutuhkan tes bahasa Inggris untuk kuliah keluar negeri atau berkarir di luar
negeri maupun di BUMN. Maka cukup mengikuti tes TOEFL saja, karena memang
persyaratannya adalah hasil tes TOEFL tersebut. Tidak perlu ikut keduanya,
karena semua berbayar dan memiliki masa berlaku jadi ikuti jika memang
membutuhkannya. |