Menuai Untung Bisnis Tembakau
Tingwe Ditengah Pandemi Dibalik dampak buruk yang
dirasakan akibat pandemi Covid-19 yang terjadi belakangan ini, ternyata
terdapat dampak positif yang dialami oleh penjual tembakau lintingan atau biasa
disebut tembakau 'tingwe' (linting dewe). Salah seorang penjual tembakau
lintingan dengan nama Baccoffee di pinggir Jalan Lintas Sumatera Kelurahan Way
Urang, Kecamatan Kalianda Lampung Selatan (Lamsel) tepatnya di Jati, Leonardo
Nugroho (40) mengatakan, berjualan tembakau ketika masa pandemi Covid-19 ini
sangat menguntungkan. Dia mengungkapkan, omset yang
bisa didapatkannya ketika baru membuka toko tembakau itu tepatnya pada 2020
silam mampu mencapai Rp 1,5 juta perhari. "Kalau waktu itu omset
bisa mencapai Rp1,5 juta perhari, tapi itu tidak menentu juga," katanya,
Kamis (25/11/2021). Saat ini, kata dia, omset
penjualan tembakau Tingwe mulai mengalami penurunan. Itu karena terdapatnya
rokok-rokok ilegal yang dijual dengan harga murah beredar di Kecamatan
Kalianda. "Sekarang mulai turun
omsetnya karena sudah banyak beredar rokok ilegal," tuturnya. Dia menjelaskan, dirinya hanya
bermodalkan uang sebesar Rp.500 ribu ketika membuka toko tembakau tingwe
itu. "Waktu itu video call
dengan kawan kelihatan saya lagi ngerokok lintingan, dari situlah tiba-tiba
muncul ide jualan ini," ucapnya. Dia menambahkan, harga yang
dipatok untuk tembakau yang terdapat berbagai pilihan aroma di toko miliknya
itu berkisar antara Rp 5000 hingga Rp 25.000 tergantung aroma dan berat
tembakau yang dibeli. "Kalau aroma itu
macam-macam, seperti aroma Kopi Espresso, Jamaica, Black Coffee, Apple, Royal
Bourbon, Whisky Choice, hingga Strawberry Milky. Itu semua dikirim langsung
dari Temanggung, Jawa Tengah," jelasnya. Masih kata dia, konsumennya
bukan hanya berasal dari perorangan untuk sendiri tetapi juga orang yang
menjual kembali di daerahnya masing-masing. "Sudah ada beberapa
reseller, ada yang di Lamsel ada juga yang di Sumatera Selatan sana dijual
lagi," tutupnya
|