Saat ini investasi banyak digandrungi oleh
masyarakat terutama milenial. Berdasarkan data laporan Kustodian Sentral Efek
Indonesia (KSEI) sampai awal tahun 2022, sejumlah 60,29 persen dari total
keseluruhan investor ritel didominasi oleh orang-orang berusia di bawah 30
tahun. Investasi memiliki berbagai macam jenis, mulai dari obligasi, saham,
deposito properti, reksa dana, dan lainnya. Bagi orang yang baru masuk di dunia
investasi, reksa dana dapat menjadi salah satu pilihan. Reksa dana merupakan
program investasi kolektif yang dikendalikan oleh seorang manajer profesional.
Dari berbagai varian reksa dana, terdapat Exchange-Traded Fund atau dapat
disingkat menjadi ETF. Joice Tauris, Jurnalis Kompas.id dan penulis tentang
finansial, dalam siniar CUAN bertajuk “Mengenal Exchange Traded Fund”,
memperkenalkan lebih lanjut mengenai ETF beserta keunggulannya bagi investor
pemula.
Mungkin ETF terdengar asing karena jarang
diperbincangkan layaknya NFT yang banyak dibahas orang. Faktanya, ETF sudah
berjalan selama kurang lebih 4 tahun sejak pertama kali diluncurkan, yakni pada
tanggal 18 Desember 2017, di Indo Premier Investment Management. Mulanya produk
ETF hanya berjumlah 14, namun per Mei 2021 mengalami peningkatan jumlah menjadi
47 produk. Dikutip dari Investopedia, ETF merupakan gabungan dari reksa dana
dan saham. ETF adalah instrumen investasi kolektif seperti halnya reksa dana,
namun perdagangannya dilakukan di bursa saham dan dilakukan dengan sistem jam
operasional yang sama dengan bursa saham. Untuk itu, perhitungan Nilai Aktiva
Bersih (NAB) ETF dilakukan pula selama jam perdagangan berlangsung.
Ibarat membeli saham dengan jumlah banyak, satu
kali transaksi ETF dapat diibaratkan seperti membeli sebuah parsel yang dalam
satu bingkisan terdapat berbagai jenis hadiah. Bobot satu jenis ETF yang kita
beli sama dengan membeli banyak saham serempak. Memantau kinerja investasi
saham di ETF pun tak perlu dilihat satu-persatu. Kelebihan ini membuat kita
dapat memantau secara sekaligus melalui indeks karena kinerja ETF mengacu pada
pergerakan indeks.
Jika dibandingkan dengan membeli satu saham, maka
jelas ETF lebih menjanjikan dalam segi keseimbangan. Ini dikarenakan ETF yang
berisi banyak saham, jika salah satu kondisinya sedang turun maka tak semuanya
menjadi turun. Ada saham lain dalam ETF yang nilainya justru mungkin naik.
Kondisi naik-turunnya nilai saham ETF bersifat biasa saja—kalau naik tidak
terlalu tinggi, turun pun tak terlalu turun— sehingga investasi kita dapat
terbilang dalam kondisi seimbang.
Sebelum memulai investasi, dibutuhkan initial
investment atau modal awal. Joice dalam siniar Cuan menggambarkan, “Kalau kita
punya ETF yang isinya IDX 30. 30 saham kita punya, dengan sejuta aja, kita
sudah punya 30 saham.” Pada prosesnya, ETF juga tak terbebani dengan management
fee. Perdagangan ETF hanya berlaku antara kesepakatan dari pemilik ETF dengan
broker.
Pengelolaan ETF untuk jangka pendek dilakukan oleh
manajer investasi melalui trading secara aktif. Manajer investasi memegang
peran penting untuk mengelola struktur indeks agar melampaui indeks acuan. Oleh
sebab itu, pengelolaan aktif ini berguna untuk keuntungan yang lebih banyak dalam
jangka pendek. Lain hal dalam pengelolaan ETF pasif yang berguna untuk jangka
panjang. Pengelolaan ETF pasif dilakukan dengan mengikuti indeks acuan.
sumber: https://money.kompas.com/read/2022/07/20/153545226/mengenal-exchange-traded-fund?page=2
|