MODEL BAUMOL DALAM MANAJEMEN KASModel manajemen kas pertama kali digunakan oleh seorang pakar bernama Baumol. Baumol menjelaskan bahwa keperluan kas dalam perusahaan hampir sama dengan penggunaan persediaan. Oleh karena itu, model ini disebut dengan model Baumol. Bila perusahaan memiliki saldo kas yang tinggi, maka perusahaan akan mengalami kerugian dalam bentuk kehilangan kesempatan dalam menginvestasikan dananya pada kesempatan investasi yang lain yang berpotensi lebih menguntungkan. Namun sebaliknya, jika saldo kas perusahaan nilainya rendah, maka perusahaan mungkin mengalami kesulitan likuiditas yang tinggi. Dengan begitu dibutuhkan adanya penyeimbang dan pemahaman akan manajemen kas serta likuiditas. Permasalahan lainnya pun bisa terjadi pada persediaan. Contoh: Diketahui sebuah toko buku menghadapi permintaan buku yang selalu sama setiap waktunya. Bila permintaan buku tersebut terjadi dalam 1 tahun sebanyak 250 satuan dan toko tersebut melakukan pemesanan Q satuan setiap kali pesan, maka frekuensi pemesanan yang dilakukan dalam satu tahun adalah sebagai berikut: Rumusnya: Penjualan : Jumlah Pesanan = 250 : Q Tingkat persediaan yang dimiliki perusahaan berkisar dari angka 0 hingga Q satuan. Sehingga rata-rata persediaan pada buku tersebut adalah: Rata-rata persediaan = (Q/2) satuan Jika biaya penyimpanan per tahun dinyatakan sebagai huruf i, maka biaya penyimpanan per tahun yang akan ditanggung oleh pihak perusahaan adalah: Biaya penyimpanan per tahun = (Q/2)i Namun, bila jumlah permintaan buku adalah 250 satuan, maka berikan notasi D dan setiap kali toko tersebut memerlukan biaya sejumlah o, maka biaya pemesanan yang terjadi dalam kurun waktu satu tahun adalah: Biaya pemesanan dalam satu tahun (D/Q)o Jadi, total biaya persediaan yang terjadi dalam satu tahun adalah: Y = (Q/2)i + (D/Q)o Selanjutnya, biaya tersebut harus diminimalisir. Oleh karena itu, persamaan di ata akan derivasikan pada Q dan dibuat dengan angka nol. (dY/dQ) = (i/2) – (oD/Q²) = 0 (oD/Q²) = (i/2) iQ² = 2oD Q = [(2oD)/i)]1/² Dengan menggunakan logika yang sama, selanjutnya bisa menerapkannya pada manajemen kas perusahaan. contoh berikut: Diketahui keperluan kas pada perusahaan ABC di setiap periodenya selalu memiliki kebutuhan kas yang sama. Jika awal suatu periode jumlah kasnya adalah Q, maka perlahan-lahan jumlah saldo kas pada perusahaan tersebut akan berjumlah nol. Saat sudah mencapai nol, maka perusahaan harus bisa mengubah aktiva lain, seperti sekuritas kas menjadi sejumlah Q. Pertanyaannya berapakah jumlah sekuritas yang harus diubah menjadi kas setiap kali dibutuhkan? Jumlah sekuritas harus bisa dipertimbangkan dengan biaya agar dapat mengubah setiap sekuritas menjadi kas. Diketahui keperluan kas setiap tahun perusahaan adalah 1,2 miliar rupiah, dan penggunaannya perhari sangatlah konstan. Biaya transaksi setiap kali merubah sekuritas menjadi kas adalah sebesar 50 ribu rupiah. Sedangkan tingkat bunga perolehannya adalah 12% pertahun. Dengan menggunakan rumus persamaan persediaan yang sebelumnya, maka kita bisa menghitung jumlah sekuritas yang harus diubah menjadi kas sebagai berikut: Q = [(2oD)/i)]1/² Q = [(2.50.000.1.200.000.000) : 0,12)] 1/² Q = 31,623 juta Artinya, perusahaan harus menjual sekuritas dengan nilai 31,623 juta rupiah setiap kali saldonya berhasil mencapai nol rupiah. Dengan begitu, perusahaan bisa meminimalisir biaya karena kehilangan kesempatan dalam menanamkan dananya pada sekuritas dan juga biaya transaksi lainnya. Biaya lain dalam manajemen kas ini mencakup: Biaya kehilangan kesempatan: = (Rp 31.623.000 : 2) x 0,12 = Rp 1,897 juta Biaya transaksi: = (Rp 1,2 M : Rp 31,623 juta) x Rp 50.000 = Rp 1,897 juta Total biaya menjadi: =2 (Rp 1,897 juta) = Rp 3,794 juta
Dari hasil ini maka dapat diketahui pada saat biaya menjadi minim, maka untuk biaya simpan akan sama dengan biaya pesan. |