Stagflasi adalah kondisi ekonomi yang ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi yang melemah dan angka pengangguran yang tinggi. Kondisi ini biasanya diikuti dengan kenaikan harga-harga atau inflasi. Stagflasi juga bisa didefinisikan sebagai kondisi pada sebuah periode inflasi yang dikombinasikan dengan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB). Apa Itu Stagflasi? Istilah stagflasi
pertama kali digunakan pada tahun 1960an oleh politisi Inggris Macleod di
tengah kondisi ekonomi yang tengah mengalami tekanan kala itu. Saat memberikan
pidato di Dewan Rakyat Britania Raya kala itu, Macleod menggambarkan kondisi
inflasi sekaligus stagnasi yang terjadi di Inggris sebagai situasi stagnasi.
Istilah stagnasi
kemudian kembali digunakan pada periode resesi yang terjadi pada tahun 1970an
seiring dengan krisis bahan bakar yang terjadi ketika Amerika Serikat mengalami
pertumbuhan PDB negatif selama lima kuartal berturut-turut. Stagflasi biasanya akan
menyebabkan kenaikan indeks kesengsaraan atau misery index. Indeks ini merupakan ukuran sederhana yang bersumber
dari tingkat inflasi dan pengangguran dan digunakan untuk menunjukkan seberapa
buruk kondisi masyarakat ketika stagflasi terjadi di sebuah ekonomi atau
negara. Penyebab Stagflasi Seperti dijelaskan
sebelumnya, stagflasi adalah kondisi yang digambarkan dengan peningkatan
pengangguran yang terjadi bersamaan dengan kenaikan harga-harga. Contoh Stagflasi
Contoh stagflasi bisa digambarkan dengan kondisi ketika pemerintah di
sebuah negara mencetak uang (hal ini bakal menyebabkan peningkatan jumlah uang
dan menyebabkan inflasi, sekaligus menaikkan tarif pajak (yang bakal
memperlambat pertumbuhan ekonomi). Risiko terjadinya stagflasi kini sedang
mengancam Myanmar yang tengah mengalami kudeta militer. Kudeta militer
menyebabkan banyak penduduk Myanmar yang menganggur dan perekonomian negara itu
pun tumbuh melambat. Myanmar juga mengalami kenaikan harga bahan pokok yang
disebabkan oleh keterbatasan pasokan. Diberitakan Frotier Myanmar, kini
konsumen tengah mengalami tekanan akibat kenaikan harga-harga, termasuk di
dalamnya harga BBM yang telah meningkat nyaris dua kali lipat setelah kudeta. Keterbatasan
pasokan BBM pun membuat beberapa SPBU di negara itu harus menghentikan
operasional. Di sisi lain, bank sentral setempat juga mulai menjual dollar AS
dengan tarif diskon untuk beberapa importir bahan bakar terpilih. Dengan
demikian, para importir BBM tersebut bisa membawa masuk bahan bakar dan diesel
untuk dijual di bawah harga pasar. |