Kolaborasi UMKM dan JNE: Upaya Bangkit di Tengah Badai Pandemi Ketika pemerintah Cina sibuk dengan penanganan Covid-19 dan kepanikan mulai menyebar di negara-negara
di seluruh dunia: pemerintah
dan rakyat Indonesia tetap (terlalu) santai. Pasar selalu ramai, minum kopi bersama, musik tidak
semrawut. Relaksasi masyarakat Indonesia tidak berlangsung lama. Wabah virus ini seperti gunung es, lebih besar dari kelihatannya. Tidak butuh waktu lama bagi Covid untuk
menyebar dengan cepat. Panik pun
terjadi. Pada Maret 2020, pemerintah memberlakukan PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar). Drama ekonomi yang menyedihkan dimulai.
Kebijakan jarak sosial skala besar
yang diterapkan oleh pemerintah telah berdampak besar pada perekonomian.
Pergerakan orang dibatasi. Akibatnya,
semua sektor ekonomi melemah.
Industri pariwisata menderita,
perusahaan transportasi bangkrut
dan tidak ada pembeli kebutuhan tersier. Selain kebutuhan dasar dan obat-obatan, tampaknya tidak lagi menjadi prioritas. PSBB mempengaruhi daya beli masyarakat. Kegiatan sirkulasi perusahaan
(produksi, konsumsi, distribusi) hampir
terhenti.
Multiplayer UMKM (Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah) memanfaatkan peluang
yang menjanjikan untuk menawarkan semua produk mereka. Dari makanan, minuman dan semua barang yang bisa dijual. Covid tidak begitu suram. Data Bank Indonesia
mencatat transaksi e-commerce
pada 2021 akan mencapai sekitar
Rp395 triliun, naik 8,5% year-on-year. Peredaran uang berubah dari konvensional ke digital.
Terjadi perpindahan energi dari pasar konvensional ke pasar di dunia maya.
Selanjutnya, jasa pengiriman
barang menunjukkan kurva ke atas yang
meyakinkan. Sepanjang 2021, laju
pertumbuhan JNE, perusahaan jasa
pengiriman barang, akan mencapai 30
dengan target pendapatan Rp 12
triliun. Dalam konteks perekonomian
yang stagnan, ternyata di satu sisi ada yang tumbuh dan berkembang.
Kolaborasi UMKM dan JNE Pandemi
Menunjukkan UMKM lebih tangguh dibandingkan
perusahaan raksasa berkapitalisasi
besar. Penutupan pasar ekspor dan stagnasi
pasar domestik sangat mempengaruhi
perusahaan yang bergantung pada
pasar ekspor.
Proses perpindahan dari pasar reguler ke pasar loak membutuhkan elemen
vital, yaitu jasa pengiriman barang. Pasar yang diduduki didukung oleh layanan pengiriman penuh. UMKM dan Freight
Forwarding (JNE) adalah dua sisi mata uang yang sama. Tak bisa dipisahkan meski berada di posisi yang berbeda. Menarik untuk dicermati kerjasama antara UMKM
dan JNE sebagai freight forwarder.
Kedua kepentingan itu bersatu
dan saling menguntungkan. JNE dapat
tumbuh dari biaya pengiriman,
dan UKM juga tumbuh ketika barang dijual; Dikirim ke
pembeli di depan rumah. Kerjasama
yang manis. mutualisme yang
terjalin.
Cakupan pemasaran online tidak
mengenal jarak atau sangat luas. Dengan kondisi seperti itu, UMKM perlu
dipersiapkan dengan bermitra
dengan freight forwarder yang handal
sebagai mitra strategis. Salah
satunya adalah JNE yang telah berpengalaman selama 31 tahun dan berkomitmen untuk bekerja sama dengan UMKM melalui kemitraan usaha.
JNE yang memiliki lebih dari 7.000 cabang dan kurang lebih 5.000
karyawan di seluruh Indonesia merupakan
bukti nyata bahwa JNE dapat
dijadikan sebagai mitra
strategis bagi UMKM. Memiliki 12 penghargaan dan mendapatkan sertifikat ISO.9001:2008 untuk sistem manajemen mutu. Hal ini menjadi salah satu
pertimbangan penting untuk menjadikan JNE sebagai mitra penting UMKM.
Tindakan nyata untuk mendukung pertumbuhan UMKM adalah dengan membeli produk yang mereka
jual. Pelaku UMKM ada di sekitar
kita: restoran kita, toko kelontong
kita atau teman kita berjualan
di media sosial. Belilah barang yang
mereka jual, meskipun terkadang
Anda tidak membutuhkannya.
|