Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mewaspadai dampak konflik yang terjadi antara China dan Taiwan ke ekonomi Indonesia. Konflik kedua negara itu semakin memanas usai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi berkunjung ke Taiwan pekan lalu. Ancaman geopolitik dari konflik China dan Taiwan dikhawatirkan menimbulkan dampak yang lebih besar ke Indonesia dibanding perang yang saat ini terjadi antara Rusia dan Ukraina.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu, Febrio Kacaribu, memastikan pemerintah akan terus memantau risiko dari ketegangan politik antara China dengan Taiwan. Ia khawatir ketegangan kedua negara itu ikut mendongkrak harga komoditas global, serta mengganggu pemulihan ekonomi di berbagai negara. “Akan terus kita pantau (konflik China dan Taiwan) karena risikonya terhadap harga komoditas, dan terhadap pemulihan di beberapa negara. Kita lihat bagaimana Indonesia akan merespons,” kata Febrio dalam Taklimat Media BKF, Senin (8/8). Febrio mengatakan jika kondisi China dan Taiwan semakin memanas, dikhawatirkan mobilitas perdagangan dan juga investasi Indonesia turut terganggu. Menurut dia, dampak yang ditimbulkan dari ketegangan dua negara tersebut belum terlihat jelas. Meski begitu, pemerintah akan terus waspada. Apalagi, dampak dari ketegangan politik antara Rusia dan Ukraina sebelumnya cukup terasa. "Tentunya kita berharap terjadi eskalasi baik di Ukraina maupun juga di kawasan Asia. Sehingga kita bisa melihat bahwa pertumbuhan ekonomi global maupun regional itu tetap bisa terjaga,” ujar Febrio. Febrio mengungkapkan saat ini pihaknya akan mengedepankan diplomasi ekonomi dalam konteks geopolitik, khususnya untuk negara-negara miskin di kawasan Afrika yang sudah terdampak cukup tajam. Bahkan, forum Presidensi G20 sudah menyuarakan negara miskin agar bangkit dari krisis pangan dan mal nutrisi. “Kita harapkan terjadi kondisi yang memadai di Asia, sehingga harapannya kondisi perekonomian global terus terjaga, dan kita akan waspada ke depannya,” tutur Febrio. Sumber: katadata |