Hari-hari ini kita banyak mendengar istilah startup, yang
mengacu pada bisnis rintisan yang dijalankan oleh anak-anak muda. Seiring
dengan muncurnya istilah tersebut, muncul pula pertanyaan, apa yang membedakan
antara startup dengan bisnis rintisan konvensional? Managing Director OCBC NISP
Ventura Darryl Ratulangi menuturkan, ada beberapa hal yang membedakan antara
startup dengan perusahaan rintisan konvensional. "Salah satunya, sebuah
startup melakukan kegiatan operasionalnya sekaligus perkembangan inovasi secara
cepat dan seringkali menyebabkan disrupsi industri yang signifikan,"
ujarnya dalam penjelasan resminya. Sedangkan bisnis konvensional lebih
berorientasi pada kewirausahaan dan melayani pasar lokal dengan model bisnis
yang lebih konvensional. Tipe usaha yang cukup populer di Indonesia meliputi
catering rumahan, penyedia jasa desain grafis, bisnis percetakan, menjual aneka
minuman dan makanan ringan, jasa cuci kendaraan, dan lainnya. Untuk lebih
jelasnya, berikut 5 hal yang membedakan antara bisnis rintisan konvensional
dengan startup. 1.
Tujuan Bisnis Saat membangun startup, kamu harus memiliki
tujuan inovasi teknologi yang jelas dengan model bisnis yang terukur. Kemudian,
kamu juga harus mengumpulkan dana untuk mulai mengembangkan perusahaan secepat
mungkin sehingga dapat mengalahkan para pesaing. Hal ini berbeda dengan bisnis
rintisan konvensional yang cenderung berfokus pada dua hal. Pertama, keinginan
untuk memulai bisnis dengan model bisnis tradisional di pasar yang lebih mudah
dijangkau secara efektif. Kedua, membuka usaha untuk menghasilkan pendapatan
yang lebih besar dari pada pengeluaran atau dengan kata lain yang
menguntungkan. 2.
Ruang Lingkup Menentukan ruang lingkup bisnis adalah hal yang
tidak boleh terlewatkan. Ruang lingkup bisnis konvensional pada umumnya less
scalable sehingga membatasi kemungkinan pertumbuhan usaha dan hanya berfokus
pada pelanggan tertentu saja. Di sisi lain, startup berfokus untuk memenangkan
market share sebanyak mungkin tanpa membatasi diri pada segmen tertentu. 3.
Tim dan Manajemen Dalam bisnis rintisan konvensional, pekerja
yang terlibat memiliki ketrampilan yang spesifik, sesuai dengan kebutuhan
operasional usaha tersebut. Mereka memiliki tugas dan kewajiban yang jelas.
Lain halnya dengan startup yang memiliki tim pekerja yang berkualitas dan
dinamis untuk memimpin dan mengelola startup sejak awal agar startup dapat
bertumbuh dengan maksimal dan secepat mungkin. Tim awal sebuah startup sering
harus mengerjakan tugas yang tidak berhubungan dengan peran mereka karena belum
memiliki jumlah pekerja yang cukup untuk semua peranan. Kemudian, untuk
membangun produk atau servis sesuai dengan ide awal tersebut, mereka akan
merekrut tim awal, seperti product manager dan software engineer. Semakin besar
startup tersebut, semakin banyak juga jumlah pekerja yang dipekerjakan. 4. Risiko Membangun bisnis startup maupun usaha konvensional tidaklah semudah
membalikkan telapak tangan karena sama-sama menghadapi berbagai risiko.
Membangun startup memiliki lebih risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan
membangun usaha konvensional, karena startup pada umumnya menguji produk atau
model bisnis baru yang belum pernah dikenal masyarakat sebelumnya. Sedangkan
membuka usaha memiliki risiko yang relatif lebih rendah karena menggunakan
model bisnis yang umumnya sudah pernah terbukti. Singkatnya, pendiri usaha
konvensional lebih fokus untuk mencocokkan, meningkatkan, atau menumbuhkan model bisnis di
pasar yang sudah lebih mapan. 5.
Pendanaan Pendanaan selalu menjadi perhatian karena dianggap sebagai
fondasi penting untuk membangun dan mengembangkan bisnis. Jika kamu menjadi
pendiri usaha konvensional, kamu dapat menggunakan pinjaman perbankan maupun
modal pribadi maupun bantuan dari orang terdekat, seperti tabungan pribadi,
investasi dari pihak keluarga, dan teman. Namun, jika kamu sebagai founder
startup, kamu dapat mendapatkan pendanaan yang sangat berbeda dengan membuka
usaha. Para founder dapat memperoleh pendanaan dari angel investors, perusahaan
modal ventura, hingga sistem crowdfunding. Untuk mendapat kepercayaan investor,
founder startup harus menguasai kemampuan presentasi dan mengetahui dengan baik
apa yang dicari investor.
sumber:
https://umkm.kompas.com/read/2022/03/07/143000583/ini-yang-membedakan-startup-dengan-bisnis-rintisan-konvensional?page=2 |