PT Pertamina (Persero)melalui PT Pertamina Patra Niaga menyesuaikanharga BAhan Bakar Minyak (BBM) , namun tidak untuk jenis pertamax. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting menjelaskan penyesuaian harga untuk produk bahan bakar khusus (BBK) atau BBM nonsubsidi, di antaranya pertamax turbo, pertamina dex, dan dextlite serta LPG nonsubsidi seperti bright gas. Untuk saat ini, hanya pertamax yang merupakan BBM nonsubsidi namun harganya tidak berubah. "Penyesuaian ini memang terus diberlakukan secara berkala sesuai dengan Kepmen ESDM 62/K/12/MEM/2020 tentang formulasi harga jenis bahan bakar umum (JBU). Penyesuaian harga ini dilakukan mengikuti tren harga padaindustri minyak dan gas dunia ," katanya dalam keterangan tertulis, Senin, 11 Juli 2022. Ia pun merinci, saat ini porsi konsumsi pertamax turbo dan dex series sekitar lima persen dari total konsumsi BBM nasional, serta produk LPG nonsubsidi yang porsinya sekitar enam persen dari total konsumsi LPG nasional. Harga baru seluruh produk ini berlaku mulai kemarin, 10 Juli 2022. Untuk pertamax turbo (RON 98), terdapat penyesuaian harga menjadi Rp16.200 sebelumnya Rp14.500, pertamina dex (CN 53) menjadi Rp16.500 sebelumnya Rp13.700, dan dexlite (CN 51) menjadi Rp15 ribu per liter dari sebelumnya Rp12.950 untuk wilayah DKI Jakarta atau daerah dengan besaran pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) lima persen. Sementara untukLPG non subsidi seperti bright gas akan disesuaikan sekitar Rp2.000 per kg. "Seluruh penyesuaian harga di angka sekitar Rp2.000 baik per liter untuk BBM dan per kilogram untuk LPG, harga ini masih sangat kompetitif dibandingkan produk dengan kualitas setara," jelasnya. Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, pihaknya masih menaruh harga pertamax Rp12.500 per liter. Padahal kompetitor lainnya telah menaikkan harga BBM berkadar RON 92 tersebut hingga Rp17.950 per liter. Nicke bilang, kebijakan tidak mengubah harga BBM berkadar RON 92 itu untuk menahan migrasi konsumen pertamax ke pertalite. Jika harga pertamax naik, maka konsumsi pertalite akan semakin meningkat. Ketika konsumsi pertalite melebihi kuota, maka negara akan menombok subsidi tersebut dengan nominal besar dan tidak sesuai dengan porsi yang dianggarkan dalam APBN. "Kita ini masih menahan coba dengan harga Rp12.500 per liter. Karena kita juga pahami kalau pertamax kita naikan setinggi ini maka shifting ke pertalite," jelas Nicke pekan lalu. Sumber: Medcom.id |