Tugas seorang Human Resource
(HR) adalah membuat penilaian tentang kandidat mana yang cocok untuk mengikuti
proses rekrutmen. Namun, dalam proses rekrutmen, keputusan HR seringkali
dipengaruhi oleh prasangka bawah sadar (unconscious
bias) (Yulita, 2021). Pada proses awal perekrutan, nama, tempat lahir, atau
foto pada Curriculum Vitae (CV)
kandidat mungkin memiliki dampak pada keputusan. Dengan kata lain, variabel
tidak relevan tersebut dapat memengaruhi keputusan HR secara negatif (Pavlou,
n.d.). Keputusan yang tidak berhubungan dengan keahlian kandidat tersebut dapat
memunculkan bias perekrutan atau hiring bias, yang akan berdampak pada proses
rekrutmen karena penilaian kandidat menjadi tidak adil (Yulita, 2021). Hiring
bias membentuk prasangka yang diskriminatif terhadap kandidat. Salah satu
contoh adalah ketika HR lebih menyukai satu kandidat daripada kandidat lainnya
hanya karena kandidat pertama tampak seperti seseorang yang lebih mudah bergaul
(Pavlou, n.d.). Kandidat yang dinilai berdasarkan bias dapat kehilangan kesempatan
karena variabel yang tidak terkait dengan kualifikasi atau deskripsi pekerjaan
mereka (Yulita, 2021).
Apa itu hiring bias? Hiring bias adalah pendapat atau perasaan dimiliki oleh rekruter tentang
seseorang saat memutuskan apakah mereka memenuhi syarat untuk suatu pekerjaan
atau tidak. Pakaian, aksen, atau lingkungan tempat tinggal mereka dapat memengaruhi
pikiran dan perasaan rekruter (Knocker, 2021). Bias dapat terjadi karena otak
manusia terbiasa mengambil jalan pintas untuk membantu manusia membuat
keputusan dengan cepat. Contohnya, kandidat tinggal di lingkungan kota yang
mewah, rekruter akan dengan cepat menganggap bahwa kandidat sudah sukses dan
akan memiliki performa yang baik di posisi barunya. Contoh Lain, saat kandidat
sudah memiliki tiga anak, rekruter akan menganggap bahwa kandidat terlalu sibuk
dengan kewajiban keluarga untuk fokus pada pekerjaan (Knocker, 2021). Bahaya
dari hiring bias Dikutip dari Howard (2017), unconscious bias memiliki
implikasi merugikan yang sama dengan diskriminasi dan bias yang dilakukan
secara sadar. Oleh karena itu, rekruter harus menjadi penggerak untuk
menciptakan keragaman di tempat kerja. Perusahaan dengan karyawan yang beragam
telah terbukti dapat bekerja lebih efektif dan berkinerja lebih baik. Karyawan
dengan keragaman latar belakang, etnis, pengalaman, dan gaya kerja akan
mendorong inovasi dan memungkinkan berbagai pemikiran dan sudut pandang.
Dikutip dari Alexandra (2020), perusahaan dengan karyawan yang berasal dari
berbagai kultur 35 persen lebih mungkin untuk mengungguli median industri
nasional masing-masing. Keragaman
gender membantu perusahaan mengungguli median sebesar 15 persen.
Sumber:
https://money.kompas.com/read/2022/04/13/070000926/kenali-apa-itu-hiring-bias-pada-rekrutmen-karyawan?page=3 |