• 09.00 s.d. 18.00

Guru Wisesa apakah itu ?

Profesi pemungut pajak pemerintah juga terkait erat dengan konsep catur guru: catur terdiri dari empat suku kata, guru adalah suku kata dalam bahasa Sansekerta 'gu' yang berarti bayangan, kegelapan, atau kesuraman, dan 'ru' yang berarti orang yang menghilangkan bayangan kegelapan dan membawa cahaya. Mengingat bahwa suku kata yang membentuk kata guru memiliki arti yang berlawanan, maka sangat unik dalam hal arti belajar, serta arti kata guru, yaitu membawa cahaya pada sesuatu yang gelap.

 

Menjadi seorang guru tidak hanya sebatas mengajar, di mana tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan gaji dengan terlibat dalam pendidikan formal. Namun lebih dari itu, mengacu pada seseorang yang menjadi panutan dalam menyeimbangkan sifat-sifat utama yang membentuk kepribadian manusia. Catur Guru yang pertama adalah Guru Swadhyaya, Tuhan Yang Maha Esa; yang kedua adalah Guru Wisesa, pemimpin atau pemerintah; yang ketiga adalah Guru Pengajian, guru sekolah; yang keempat adalah Guru Rupaka, orang tua; yang keempat adalah Guru Rupaka, guru sekolah; yang keempat adalah Guru Rupaka, guru pengajian; yang keempat adalah Guru Rupaka, guru pengajian; yang kelima adalah Guru Rupaka, guru pengajian.

 

Dalam ajaran Kathur Guru, orang yang duduk sebagai pemimpin atau pemerintah adalah Guru Wisesa. Pemerintah sebagai Guru Wisesa harus memiliki karakter yang patut diteladani. Demikian pula masyarakat sebagai murid harus menghormati dan mematuhi pemerintah.

Peran Guru Wisesa dalam memungut pajak tidaklah mudah. Dimulai dari merumuskan peraturan untuk sektor pajak, mengembangkan daerah yang berkontribusi terhadap penerimaan pajak, memberikan pelayanan yang berkualitas, edukasi, pengawasan, dan menegakkan hukum pajak.

 

Peran masyarakat dalam mendukung Gul Wisesa adalah dengan melaksanakan peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan dan menjadi warga negara yang baik. Salah satu cara untuk menjadi warga negara yang baik adalah dengan taat membayar pajak. Hal ini dikarenakan masyarakat secara langsung meminta contra prestazi sebagai timbal balik dari pajak yang telah mereka bayarkan.

Jika melihat peran Gulwisesa dalam mengumpulkan penerimaan pajak, maka masyarakat yang mendapatkan manfaat dari pajak juga perlu menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat negara, bangsa, dan pemerintah. Dalam jangka panjang, menjadi warga negara yang baik berarti berusaha melaksanakan peraturan pemerintah, menghindari pelanggaran hukum dan melaksanakan himbauan pemerintah. Di sisi lain, pemerintah selalu memikirkan dan mengupayakan kesejahteraan warganya.

 

Kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, menurut konsep Yadnya, merupakan bagian mendasar untuk mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan tercapai karena kontribusi negara terhadap semua pembangunan dan keuangannya. Dengan demikian, kehidupan kita menjadi lebih baik karena kita menjalani kehidupan yang seimbang antara jasmani dan rohani. Peran Guru Wisesa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perpajakan sangat relevan jika dikaitkan dengan makna 'gu'.


sumber : Oleh: Luh Putu Benita Sari, pegawai Direktorat Jenderal Pajak

https://www.pajak.go.id/id/artikel/memaknai-konsep-yadnya-dan-guru-wisesa-di-masa-kiwari

 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved