ENTREPRENEUR (pengusaha) merupakan salah satu dari banyak
pilihan karier pada masa sekarang ini. Seorang pengusaha merupakan individu
yang melakukan kegiatan usaha. Menurut Center for American Entrepreneurship,
kewirausahaan adalah proses di mana individu yang memanfaatkan peluang
komersial dengan membawa produk/jasa baru ke pasar. Proses ini umumnya diatur
melalui organisasi baru (perusahaan baru), tetapi juga dapat dilakukan oleh
bisnis kecil yang sudah mapan dan mengalami perubahan signifikan dalam produk
atau strategi. Sedangkan pengusaha adalah individu yang mengatur alat-alat
produksi untuk terlibat dalam kewirausahaan. Mereka sering sekali berada dalam
ketidakpastian dan risiko keuangan yang cukup besar. Pengusaha dapat bermitra
dengan pengusaha lain untuk mendirikan perusahaan bersama. Pekerjaan di bidang
kewirausahaan dianggap mampu untuk mendorong perekonomian negara Indonesia.
Kegiatan kewirausahaan menjadi salah satu cara untuk melakukan penyerapan
tenaga kerja (pengusaha menyediakan lapangan kerja) sehingga hal ini membuat
hubungan kewirausahaan dan pertumbuhan ekonomi semakin erat (Sugiarto, 2021).
Di era revolusi industri 4.0, pertumbuhan teknologi dan informasi semakin
berkembang pesat. Menurut Sugiarto (2021), di era ini justru negara membutuhkan
inovasi-inovasi kreatif yang datang dari pengusaha untuk meningkatkan
perekonomian. Perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat dapat
diikuti oleh para pemuda secara signifikan. Oleh karena itu pemerintah terus memberikan upaya-upaya untuk
meningkatkan intensi dan minat pengusaha di kalangan muda. Pemerintah mendorong
lahirnya pengusaha muda melalui suatu kompetisi perusahaan siswa (Harususilo,
2019). Hal ini merupakan suatu bentuk pendidikan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan intensi berwirausaha. Suyitno (2013) menyatakan, Pendidikan
Kewirausahaan merupakan suatu upaya yang terencana dan aplikatif untuk meningkatkan
pengetahuan, intensi dan kompetensi peserta didik untuk mengembangkan potensi
dirinya dengan mewujudkan perilaku kreatif, inovatif dan berani mengelola
risiko. Pendidikan kewirausahaan berperan untuk meningkatkan sikap anak didik
terhadap kewirausahaan itu sendiri (Wei et. al., 2019). Tanpa memiliki sikap
yang tepat, baik kompetensi kognitif maupun kompetensi non-kognitif akan
menjadi sulit dicapai dan dipertahankan dalam jangka panjang (Moberg, 2014).
Dalam hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewirausahaan memiliki
peranan penting dalam meningkatkan intensi berwirausaha. Jena (2020) melakukan
penelitian tentang peranan sikap terhadap pendidikan kewirausahaan pada intensi
berwirausaha di India khususnya mahasiswa jurusan Manajemen Bisnis yang
mendapatkan mata kuliah kewirausahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
terdapat peranan sikap terhadap pendidikan kewirausahaan pada intensi
berwirausaha mahasiswa. Semakin positif sikap mahasiswa terhadap pendidikan
kewirausahaan, maka intensi untuk berwirausaha akan semakin tinggi. Sikap positif atau negatif yang ditimbulkan terhadap
pendidikan kewirausahaan ini menjadi hal yang penting untuk ditelusuri.
Penelitian yang sama dilakukan di salah satu universitas swasta di Jakarta pada
mahasiswa jurusan Manajemen yang mengambil mata kuliah kewirausahaan. Hasilnya,
sikap terhadap pendidikan kewirausahaan berperan secara signifikan terhadap
intensi berwirausaha. Hal ini sejalan dengan Theory of Planned Behavior yang
dikemukakan oleh Ajzen (1991). Menurut Theory of Planned Behavior, intensi
ditentukan oleh tiga faktor (Ajzen, 1991). Pertama adalah sikap terhadap
perilaku yang menjelaskan sejauh mana seseorang memiliki evaluasi atau
penilaian yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dari perilaku yang
bersangkutan. Kedua adalah norma subjektif yang merupakan tekanan sosial yang
dirasakan oleh individu untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku. Ketiga
adalah tingkat kontrol perilaku yang dirasakan merupakan kemudahan atau
kesulitan yang dirasakan dalam melakukan perilaku dan diasumsikan mencerminkan
pengalaman masa lalu serta hambatan yang diantisipasi. Ketika individu memiliki
sikap positif terhadap pendidikan dan hal-hal yang berkaitan dengan
kewirausahaan, maka niat untuk menjadi pengusaha akan semakin besar. Hal
tersebut tidak hanya langsung berpengaruh pada intensi berwirausaha. Secara
tidak langsung, sikap positif yang ditimbulkan terhadap pendidikan
kewirausahaan berjalan beriringan dengan efikasi diri. Mahasiswa dalam penelitian menyatakan bahwa ketika mereka
merasa pelajaran atau mata kuliah yang mereka dapatkan menyenangkan dan
bermanfaat (positif), mereka semakin yakin kalau menjadi pengusaha adalah
pilihan yang tepat dan keinginan untuk mewujudkannya pun semakin besar. Seperti yang dikemukakan oleh
Ajzen (1991), ketika individu percaya bahwa melakukan tindakan tertentu dapat
mencapai hasil yang positif, maka mereka akan menunjukkan preferensi yang lebih
kuat terhadap tindakan dan kemudian mengembangkan intensi untuk melakukannya.
Dengan kata lain, efikasi diri merupakan faktor kunci yang dapat membantu pengusaha
untuk mengatasi kesulitan dan menghadapi tantangan proses kewirausahaan, dan
memiliki pengaruh yang signifikan pada intensi untuk berwirausaha mereka (Liu,
et. al., 2019). Berdasarkan hal tersebut, sikap positif terhadap pendidikan
kewirausahaan yang diiringi dengan efikasi diri akan meningkatkan intensi
berwirausaha di kalangan muda. sumber:
https://money.kompas.com/read/2022/02/21/114322926/simak-cara-meningkatkan-intensi-berwirausaha?page=4 |