Bisnis Eduwisata Kian Booming Musim liburan selalu menjadi
waktu yang paling ditunggu utamanya bagi anak-anak. Tak harus berkutat dengan
rutinitas harian di sekolah serta bisa melakukan banyak hal yang disukai
menjadi alasan mengapa waktu liburan bak surga dunia bagi anak-anak. Dan bagi
orang tua, tak jarang ada yang telah menyiapkan serangkaian rencana wisata
liburan dengan keluarga. Pada umumnya obyek wisata menjadi
tempat yang paling ramai diserbu. Ini jugalah yang menjadi gerbang keuntungan
bagi penggiat bisnis wisata. Mulai dari aneka jasa wisata hingga bisnis kuliner
ikut terdongkrak omsetnya saat musim libur tiba. Saat ini ada alternatif liburan
yang tengah digemari orang tua untuk mengajak anak-anak mereka tak hanya
berekreasi menikmati alam, tetapi juga memiliki nilai edukatif untuk anak-anak.
Liburan berkonsep Eduwisata, yang menawarkan antara edukasi dan wisata.
Popularitas jenis wisata yang satu ini memang kian meningkat dan banyak
diminati. Konsep semacam ini memang bukan
hal baru, bahkan di luar negeri konsep Eduwisata telah lama dikembangkan dan
ditawarkan dalam berbagai bentuk. Seperti salah satu kamp pelatihan
kependidikan yang banyak diselenggarakan di musim panas. Tidak hanya kegembiraan yang
ditawarkan, kamp tersebut juga memberikan banyak bekal pendidikan praktis seperti
kepemimpinan hingga keterampilan harian. Di Indonesia, penggiat ranah bisnis
ini memang belum sebesar yang ada di luar negeri. Namun sudah ada beberapa
konsep Eduwisata yang berhasil dikembangkan dan menarik minat masyarakat. Ciptakan Wahana Kreatif. Berbeda
dengan tempat-tempat wisata anak-anak kebanyakan, konsep Eduwisata adalah
menggabungkan antara layanan wisata pada umunya namun dibarengi dengan berbagai
macam nilai pendidikan praktis sesuai dengan tema yang diambil. Ada banyak konsep yang bisa dikembangkan
pelaku usaha dalam membangun bisnis Eduwisata. Salah satunya yang saat ini
banyak digemari adalah Eduwisata Agro, di mana anak-anak dikenalkan dalam
wisata alam dan mempelajari berbagai kehidupan yang ada di dalamanya, seperti
kehidupan hewan atau tanaman. Seperti yang dikedepankan Creatna
Ella Yustisia, pemilik D’Kandang Farm. Di tenpat wisata edukasi tersebut,
anak-anak akan diajak melihat kehidupan hewan ternak seperti kerbau, sapi,
kambing, dan domba. Mereka tak hanya melihat saja,
tetapi juga ikut serta dalam memandikan, memberi makan, hingga memerah susu
sapi. selain itu mereka juga diajarkan bagaimana cara bercocok tanam dan
memanen tanaman yang sudah matang. Hal senada juga ditawarkan Cuncun
Setiawan, bersama BFC Mini Farm, ia inging mengajak para pengunjung khususnya
anak-anak untuk mengeksplor berbagai hewan ternak dan hewan air. “Untuk hewan ternaknya berbeda
dari yang lain, kita mengajak anak-anak mengenal hewan mini, seperti landak
mini, kelinci mini, hingga marmut. Dan untuk hewan air, kita mengenalkan kepada
mereka beberapa jenis ikan dan lobster air tawar,” terangnya. Selain melihat-lihat hewan
tersebut, mereka juga diajak untuk bermain bersama hewan. Seperti menangkap
kelinci di padang rumput atau menagkap ikan dan lobster air di kolam. ak hanya wisata berkonsep Agro
saja, pelaku usaha juga bisa mengusung konsep Art atau berkesenian
untuk mengajak anak-anak belajar dan bermain. Seperti yang dilakukan oleh Saung
Palakali. Di tempat eduwisata tersebut, anak-anak akan diajari berbagai ragam
kesenian, mulai dari seni rupa, seni tari, hingga seni perfilman. Menurut Handito Hadiyuwono,
pengamat bisnis, untuk membangun bisnis Eduwisata ini, pelaku usaha harus
benar-benar menerapkan konsep kreativitas, sehingga pengunjung tak hanya mendapatkan
waktu bermain saja, tetapi mereka bisa memperoleh ilmu lain yang lebih
bermanfaat. “Kalau hanya bermain saja, di
mana-mana juga bisa. Untuk itu, pelaku usaha Eduwiata harus benar-benar membuat
konsep yang menarik dan pastinya edukatif,” terangnya. Kekuatan utama dari
Eduwisata adalah menggabungkan nilai kebersamaan, kegembiraan, petualangan dan
tentunya pendidikan. Butuh Modal Besar. Untuk
membangun tempat wahana Eduwisata memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Modal tersebut digunakan untuk membeli lahan usaha, membeli hewan-hewan dan
bibit tanaman, membeli perlengkapan outbound, hingga biaya membangun
tempat-tempat wahana di lokasi usaha. “Untuk membangun usaha D’kandang,
saya menggelontorkan modal hingga Rp 3 miliar. Modal tersebut saya gunakan
untuk membeli tanah sebagai lokasi usaha dan perlengkapan serta kebutuhan yang
dibutuhkan untuk menunjang konsep wisata edukasi ini,” terang Creatna Ella
Yustisia. Namun bagi pelaku usaha yang
ingin mengembangkan bisnis eduwisata namun memiliki modal yang minim, masih
tetap bisa menjalankannya. Disarankan Handito Hadiyuwono, pelaku usaha bisa
meminimalisir modal besar dengan menyewa tanah terlebih dulu, yang kemudian
bisa dicicil membeli tanah tersebut. Selain itu, pelaku usaha juga
membuat konsep Eduwista yang murah namun tetap menonjolkan sisi kreativitas di
lingkungan sekitar rumah. Peralatan dan kebutuhan usaha pun bisa dicicil
seiring berjalannya usaha. Meskipun menguras modal yang
cukup besar, namun bisnis Eduwisata ini terbilang sangat menguntungkan. Karena
saat ini memang sudah banyak orang tua yang lebih memilih berkegiatan di wisata
edukasi bagi buah hati mereka untuk mengisi waktu luang. Hal ini bisa dirasakan
banyak pelaku usaha yang mampu meraup omset puluhan hingga ratusan juta rupiah
di setiap bulannya, dengan keuntungan 25-40 persen. Bahkan di musim liburan
akan meningkat hingga dua kali lipat. Strategi Pemasaran. Peluang
bisnis Eduwisata ini masih memiliki pasar yang sangat luas. Saat ini selain
menangani peserta siswa-siswa sekolah atau mahasiswa, jasa wisata ini juga
sangat pas diambil oleh keluarga yang ingin berlibur bersama. Oleh karena itu,
menurut Yanto Sidiq Prayitno, pengamat marketing, pemasaran yang efektif
langsung ke target pasar adalah mempromosikan ke sekolah-sekolah atau lembaga
pendidikan anak. “Selain itu pelaku usaha juga
bisa menyebar brosur di lingkungan sekolah dan perumahan. Karena di sanalah
tempat berkumpulnya anggota keluarga,” jelasnya. Selain itu, pelaku usaha juga
bisa berpromosi melalui media online, yakni membuat website usaha
hingga akun di beberapa jejaring sosial seperti facebook hingga twitter.
Disarankan Yanto Sidiq Prayitno, untuk pemasaran media online ada
baiknya pelaku usaha gencar memasarkan dan meng-update kegiatannya. Hal
ini dilakukan agar masyarakat tahu benar seperti apa perkembangan
kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan. Ditambahkannya lagi, karena usaha
yang dijalankan bersifat usaha jasa, sebaiknya pelaku usaha harus mengedepankan
pelayanan dan fasilitas terbaik. Hal ini juga pastinya akan menguntungkan bagi
usaha yang dijalankan. “Jika pelayanannya baik, maka
pengunjung akan merekomendasikan tempat wisata tersebut ke kerabat mereka. Dan
hal ini bisa jadi pemasaran gratis secara langsung,” terangnya. Nah, bagi anda yang tertarik
dengan potensi usaha yang menguntungkan ini, jangan lewatkan halaman-halaman
berikut, yang memuat berbagai info dan profil usaha yang mampu menginspirasi
Anda. Selamat membaca dan salam sukses
|