Perekonomian gkobal yang dinamis, potensi resesi nasional, kenaikan suku bunga, perkembangan industri sektor energi, serta kondisi geopolitik diperkirakan memengaruhi pergerakan ekonomi indonesia pada 2023. Kondisi itu patut diwaspadai terutama bagi mereka yang hendak berinvestasi pada tahun ini.
Menyikapi situasi tersebut dan tepat dengan momentum Tahun Baru Imlek, Bank DBS Indonesia bersama Manajer Investasi yakni Manulife Aset Manajemen Indonesia, Schroder Investment Indonesia, Bahana TCW Investment Management, dan Batavia Prosperindo Aset Manajemen menyelenggarakan rangkaian acara DBS Spring Festival. Ajang itu diperuntukkan bagi nasabah priority banking dan private banking. Para narasumber memaparkan strategi investasi, industri-industri yang prospektif, serta faktor penting yang perlu menjadi perhatian saat berinvestasi dan berbisnis di tahun Kelinci Air. Pemberian insights ini dimotori dengan dukungan analisis teknologi Artificial Intelligence (AI) dari dua sisi, yaitu data perkembangan pasar terkini dan customer modelling, dengan topik-topik yang disampaikan dalam tiap acara sudah dipersonalisasi agar relevan dan sesuai dengan profil risiko dan aspirasi masing-masing nasabah.
Director of Consumer Banking Bank DBS Indonesia Rudy Tandjung berharap tahun Kelinci Air ini membawa lebih banyak kemakmuran, kesuksesan, dan keberuntungan. Pemaparan insights pada DBS Spring Festival 2023 memperkuat visi Bank DBS Indonesia sebagai mitra manajemen kekayaan. "Kami siap mendukung nasabah untuk mengelola dan mengoptimalkan kekayaan agar yakin dan selalu terdepan dalam mengambil peluang," ujar Rudy, dilansir dari keterangan tertulisnya, Kamis, 9 Februari 2023. Tahun kelinci airPakar Feng Shui, Feng Shui Consulting Indonesia Angelina Fang menjelaskan, tahun Kelinci Air ini digambarkan sebagai rumput yang hendak bertumbuh tapi berada dalam kabut sehingga masyarakat diimbau untuk adaptif dan bijak dalam mengambil keputusan investasi. Menurutnya strategi investasi 70/30 bisa menjadi pilihan yakni 70 persen kekayaan di produk-produk berisiko rendah, seperti obligasi, logam mulia, deposito, dan properti, serta 30 persen lainnya di produk-produk berisiko moderat, seperti reksa dana, saham, dan lainnya. "Para nasabah dapat berinvestasi di industri otomotif, elektronik, alat berat, fintech, emas dan perhiasan, serta telekomunikasi karena industri-industri ini diprediksikan memiliki potensi bisnis yang baik di 2023. Para nasabah dianjurkan menghindari industri tekstil, kesehatan, perkebunan, dan perhutanan guna mengurangi risiko kerugian tahun ini," pungkasnya. Sumber: Medcom.id |