Tak dapat dipungkiri, strategi co-branding atau kolaborasi antar-brand
bisa menjadi salah satu pilihan tepat bagi bisnis yang hendak melebarkan
sayapnya. Pasalnya, strategi tersebut disebut mampu mendorong bisnis dalam
beberapa aspek. Mulai dari menghasilkan ide yang segar serta unik, memperluas
jangkauan pasar, hingga meningkatkan brand awareness atau kesadaran merek di
mata masyarakat. Meski demikian, diperlukan perencanaan yang matang dan
komprehensif. Hal ini mencakup berbagai aspek bisnis agar tujuan dari
co-branding dapat tercapai dengan efektif. Sebagai dukungan nyata, ShopeePay
melalui ShopeePay Talk kembali hadir mengusung tema "Kolaborasi Hasilkan
Kreasi" untuk membagikan pandangan terkait perumusan strategi kolaborasi
yang ideal. Kali ini ShopeePay Talk menggandeng para narasumber dari berbagai latar
belakang berbeda, yaitu Co-Founder Kopi Soe Sylvia, CEO dan Co-Founder Dear Me
Beauty Nikita Wiradiputri, serta Founder dan CEO Haloka Group
sekaligus brand enthusiast Stephanie Regina. Ketiga narasumber tersebut
akan membagikan kisah seru sekaligus tiga kunci dalam menjalankan strategi kolaborasi
dengan brand lain yang dapat melahirkan berbagai produk unik yang segar.
Penasaran seperti apa kisah dan kiat dari para narasumber? Dilansir dari rilis
ShopeePay, berikut tiga kunci yang harus diperhatikan oleh pebisnis saat ingin
melakukan strategi co-branding. 1.
Pilih mitra kolaborasi yang sejalan Sebelum mengusung strategi kolaborasi, pebisnis
harus mengidentifikasi calon mitra kolaborasi terlebih dahulu. Pastikan mitra
yang diplih memiliki nilai dan tujuan serupa dengan brand atau merek yang
diusung. Sebab, nilai dan tujuan yang serupa bisa menjadi landasan hubungan
kolaborasi yang kuat. Dengan begitu, kedua brand dapat menyamakan ekspektasi
antara satu sama lain. Tak hanya ekspektasi, kedua brand juga bisa saling fokus
untuk memberikan pengalaman terbaik kepada konsumen sesuai dengan nilai-nilai
yang mereka junjung. Co-Founder Kopi Soe, Sylvia mengatakan, pihaknya
selama ini berupaya untuk senantiasa hadir sebagai brand dengan citra lokal
yang kental. “Berangkat dari situ,
kolaborasi yang kami lakukan cenderung melibatkan partner atau mitra dengan
value atau nilai yang serupa. Meski kami datang dari latar belakang dan
industri yang berbeda,” ucapnya dalam keterangan tertulis yang diterima
Kompas.com, Rabu (23/1/2022). Pemilihan mitra kolaborasi yang tepat, lanjut
Sylvia, memudahkan Kopi Soe dalam menyusun strategi co-branding dan
memperhitungkan dampak dari kolaborasi itu sendiri. Sebelum menghimpun
informasi tersebut, ia mengungkapkan, pihaknya akan melakukan riset dan observasi
yang komprehensif. Riset ini menyangkut tren, demografis konsumen, hingga nilai
dan karakter yang dibawakan oleh calon partner. “Hal tersebut membuat kami
mampu menjalankan kolaborasi yang apik namun tetap fleksibel dari segi proses
kreatif,” imbuh Sylvia. Ide unik serta terobosan baru yang segar memang
bisa menjadi tiket keberhasilan strategi co-branding. Namun, perlu diingat,
konsumen merupakan poros utama dalam proses formulasi strategi hingga lahirnya
produk kolaborasi yang kreatif. Dengan kata lain, output atau keluaran
kolaborasi harus menjawab kebutuhan, ketertarikan, atau permasalahan yang
berkaitan dengan konsumen. CEO dan Co-Founder Dear Me Beauty, Nikita
Wiradiputri mengatakan, kolaborasi antarbisnis memang memiliki daya pikat
tersendiri. “Salah satunya adalah kebebasan kami sebagai brand untuk mengeksplorasi
dan bereksperimen menciptakan inovasi atau produk baru,” jelasnya.
Terlebih, sebut Nikita, Dear Me Beauty sebagai
people power brand selalu berusaha untuk mendobrak batas industri kecantikan.
Dobrakan yang dimaksud adalah dengan menyuguhkan kombinasi produk berkualitas
serta pengalaman yang tak terlupakan bagi konsumen. Untuk mencapai hal
tersebut, ia mengaku, pihaknya berupaya untuk melibatkan konsumen dalam tiap
proses kreasi produk kolaborasi agar sesuai dengan kebutuhan dan preferensi
konsumen. “Sebab, kami memahami bahwa strategi ini bukan semata-mata untuk
kebutuhan bisnis. Akan tetapi bagaimana kolaborasi bisa membawa hal baru dan di
saat yang bersamaan juga menjawab kebutuhan konsumen,” kata Nikita. 3.
Tetap konsisten dengan karakteristik brand Strategi co-branding cukup menjadi tantangan
bagi brand dalam mempertahankan jati dirinya di tengah usaha mempersatukan ide
dan pendapat dengan brand yang berbeda. Salah satu cara yang dapat diterapkan
oleh brand untuk menyiasati hal tersebut adalah dengan mengenali kelebihan
serta ciri khas. Dengan mengenali hal ini, pebisnis mampu menyusun strategi
komunikasi yang tepat dan beriringan dengan objektif kolaborasi.
Brand enthusiast sekaligus Founder dan CEO Haloka Group, Stephanie Regina,
menjelaskan, co-branding secara langsung atau tidak akan mengekspos brand pada
jangkauan konsumen yang semakin luas. “Terkait hal tersebut, tentu brand ingin membuat
impresi yang tepat, terukur, dan konsisten,” ucapnya. Maka dari itu, imbuh
Stephanie, citra serta karakteristik yang khas merupakan fondasi yang harus
dipegang teguh oleh brand ketika melangsungkan strategi co-branding.
Menurutnya, sebuah brand perlu melakukan perencanaan yang matang, bahkan
sebelum menjalankan kolaborasi. “Dengan
mengkolaborasikan kebutuhan dan objektif dari kolaborasi, brand dapat memilih
mitra kolaborasi yang akan melengkapi kekurangan sekaligus menonjolkan daya
pikat dari masing-masing brand sehingga menghasilkan co-branding yang
harmonis,” ujar Stephanie. Untuk diketahui, Dear Me Beauty dan Kopi Soe
merupakan dua brand favorit yang dikenal dengan inovasi serta kolaborasi
produknya yang kerap menarik perhatian masyarakat. Bergerak di industri
kecantikan, Dear Me Beauty bahkan pernah mengeluarkan produk make-up dan
skincare unik bersama pemain dari industri lain, mulai dari brand fried chicken
populer, penyedap rasa, hingga permen. Di sisi lain, Kopi Soe yang masuk
kategori food and beverage pun selalu hadir dengan produk kolaborasi yang segar
dan tidak kalah unik. Salah satunya seperti kolaborasi dengan produk pakaian,
snack, serta produk minuman lain. Itu tadi tiga kunci dari para narasumber
tentang cara jitu menjalankan strategi co-branding. Dengan kiat ini, para
pebisnis diharapkan bisa mendapatkan pandangan untuk merencanakan strategi
bisnis yang unik. Seperti yang disampaikan Head of Strategic Merchant Acquisition
ShopeePay, Eka Nilam Dari. Ia berharap, kisah inspiratif dan insight seputar
strategi co-branding bersama para narasumber dapat memberikan beberapa manfaat.
“Semoga dapat memberikan jawaban bagi para pebisnis dalam mengusung strategi
kolaborasi, memberi gambaran dan ekspektasi terkait strategi ini, serta
menjawab tantangan yang dihadapi dari strategi kolaborasi,” jelasnya. Terlebih, lanjut Nilam, dalam lanskap industri
saat ini, bisnis dihadapkan pada kesempatan yang tak terbatas untuk berinovasi
dengan cara yang kreatif dan unik. Salah satunya adalah strategi kolaborasi
atau yang dikenal sebagai co-branding. Terlepas dari ragam manfaat yang bisa
didapatkan dari strategi kolaborasi, ia mengaku, ShopeePay menyadari bahwa
strategi tersebut bisa menjadi tantangan tersendiri bagi brand yang belum
pernah menerapkannya. Oleh karenanya, ShopeePay melalui ShopeePay Talk akan
terus dihadirkan setiap bulan dengan tema-tema yang menarik untuk berdiskusi
dan berbagi informasi dari perspektif bisnis secara ringan, trendy, dan
insightful. Bagi Anda yang tertarik menyimak berbagai kiat lainnya, nantikan
ShopeePay Talk dalam episode lain dengan tema dan narasumber lebih menarik.
Apabila Anda belum memiliki aplikasi Shopee, segera unduh aplikasi berlogo
oranye ini secara gratis melalui App Store atau Google Play Store dan segera
aktifkan ShopeePay.
sumber: https://money.kompas.com/read/2022/03/23/193939726/3-strategi-kunci-co-branding-ala-shopeepay?page=4 |