• 09.00 s.d. 18.00

Belakangan ini dunia tengah hangat dengan bahasan terkait resesi yang bakal terjadi di tahun 2023 mendatang. Ditambah lagi datangnya gejolak di pasar keuangan akibat melonjaknya inflasi, serta berlangsungnya perang antara Rusia dan Ukraina.

Lantas apakah sebenarnya yang dimaksud dengan resesi tersebut dan bagaimana caranya untuk mengantisipasinya? Selain itu, jenis investasi apakah yang tetap bisa menghasilkan cuan di tengah bayang-bayang resesi yang menakutkan? Yuk simak ulasan berikut ini selengkapnya.

Mengenal Resesi Secara Singkat

Secara umum, dikatakan resesi ketika dalam dua kuartal secara beruntun kondisi ekonomi mengalami pertumbuhan yang negatif. Hal ini menyebabkan berbagai kondisi yang kurang baik dalam perekonomian. Seperti memicu PHK besar-besaran, lonjakan harga-harga bahan pokok hingga nilai tukar mata uang yang melemah. Di tahun 2020 silam, dunia pernah mengalami yang namanya resesi yang diakibatkan oleh pandemi virus Covid-19. Dimana, mobilitas dan aktivitas milyaran manusia menjadi terganggu karena terjadi sangat dibatasi.

Tanpa adanya mobilitas dan aktivitas manusia, akibatnya roda perekonomian pun menjadi 'mandek' alias tidak bergerak. Meskipun dunia tengah dihantui akan resesi kedua yang terjadi dalam 2 tahun terakhir, diperkirakan dampaknya Indonesia tidak akan terlalu parah sebagaimana yang telah terjadi di tahun 1998 maupun 2020 silam. Sebagaimana pendapat yang diungkapkan oleh Ekonom dari Bank Permata, Josua Pardede. Jika dampak resesi   global terhadap perekonomian Indonesia diperkirakan tidak akan separah tahun 2020 maupun 1998. Hal ini seiring kondisi ekonomi secara riil sejauh ini bisa dikatakan relatif stabil.

 

Pilihan Investasi yang Aman dan Cuan di Tengah Resesi

Investasi yang Aman di Tengah Resesi

Lantas, jenis investasi seperti apa yang tepat dan bisa tetap menguntungkan di tengah momok resesi yang menakutkan di tahun 2023 nanti? Melihat kondisi perekonomian sekarang ini, kemungkinan terjadinya resesi karena dipicu adanya kenaikan secara agresif tingkat suku bunga di bank sentral. Hal ini kemudian mengakibatkan adanya peningkatan suku bunga pinjaman, sehingga terjadi pembengkakan hutang yang harus dibayar debitur. Namun, di lain sisi peningkatan suku bunga bank memberikan dampak positif terkait produk investasi di bank, salah satunya deposito.

Dimana, kondisi tersebut turut mengerek pendapatan bunga dari investasi produk deposito bank. Sehingga, menjadikan pilihan investasi ini menjadi jauh lebih menguntungkan dibanding investasi di ranah aset properti yang kemungkinan besar berisiko mengalami pukulan telak.

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini beberapa jenis investasi yang bisa dijadikan sebagai pilihan.

Value stock

 

Analis keuangan memberikan saran untuk melakukan divestasi investasi, mengingat dunia tengah diambang resesi. Menurut founder sekaligus presiden dari Thrive Retirement Specialist, Anthony Watson menyarankan untuk mempertimbangkan divestasi investasi. Terlebih menurutnya, di saat kondisi perekonomian tengah mengalami resesi, saham dengan nilai rendah dibandingkan kinerja keuangan atau value stock, akan jauh lebih menguntungkan dibanding growth stock.

 

Growth stock adalah saham dari perusahaan-perusahaan dengan potensi pertumbuhan cukup tinggi yang mencerminkan optimisme. Sedangkan value stock adalah saham dari perusahaan dengan pertumbuhan pendapatan atau laba yang cukup rendah di masa lalu atau memiliki optimisme yang rendah.

 

 

Obligasi

 

Selain value stock, pilihan investasi lainnya yang cukup menguntungkan di saat ancaman resesi yang datang menghantui adalah obligasi. Pasalnya, selain jenis investasi ini dirasa lebih aman dibandingkan dengan saham, hasil yang ditawarkan untuk imbal baliknya atau yield saat ini cukup tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh adanya kenaikan tingkat suku bunga bank sentral, sehingga membuat yield untuk aset obligasi  cenderung mengalami peningkatan signifikan. Hal ini tentu akan memberikan banyak keuntungan, terlebih obligasi termasuk aset investasi yang lebih aman dibandingkan dengan saham.

 

Perlu diketahui bahwa harga saham cukup rentan dipengaruhi kondisi perekonomian, sehingga umumnya memiliki risiko yang lebih besar. Sementara obligasi merupakan jenis investasi efek dengan pendapatan tepat dan stabil. Oleh sebab itu, resiko yang dihadapi bisa dibilang rendah dengan tingkat kerugian yang tergolong kecil

Emas

Selain investasi aset di obligasi, jenis lainnya yang tak kalah aman dan menguntungkan adalah emas. Ini karena emas, secara tradisional merupakan aset yang mampu melindungi nilai ketika terjadi inflasi. Sekitar Maret awal tahun ini, nilai jual emas sempat naik di angka USD 2.069 per troy ons.

Nilai tersebut nyaris melampaui rekor tertinggi harga jual    sepanjang masa. Akan tetapi, setelah itu justru merosot dan kini nilainya sekitar USD 1.800 per troy ons. Andai saja perekonomian dunia betul-betul mengalami resesi, terlebih kebijakan dari bank sentral yang gagal mengantisipasi inflasi dengan responsif, bisa dipastikan nilai emas berpotensi kembali melesat.

 

Cerdas Melihat Peluang Investasi di Tengah Bayang-bayang Resesi

Ketika resesi benar-benar terjadi, saham-saham dengan fundamental yang baik bisa jadi sebuah pilihan yang tepat. Untuk mengetahui fundamental perusahaan, dapat dilihat dari kinerja bisnisnya, keuangannya, pengelolaan risiko ketika berada di situasi krisis oleh para manajemennya, hingga bagaimana kemampuan perusahaan tersebut bertahan dalam menghadapi gempuran krisis.

Pilihan lainnya selain saham, bisa dengan obligasi atau reksadana pendapatan tetap  hingga investasi emas. Memilih jenis investasi yang tepat akan membantu menolong kondisi keuangan yang kurang stabil di tengah masa resesi. Jadi, pastikan untuk mempelajari jenis investasi yang tepat sebelum memutuskan pilihan. Semoga bermanfaat.


Sumber: suara.com 

 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved