• 09.00 s.d. 18.00

Tingkat inflasi Indonesia pada September 2022 mencapai 1,17 persen secara bulanan (month on month/mom). Ini menjadi yang terginggi sejak Desember 2014. Lonjakan inflasi pada September kemarin utamanya disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Ini tercermin dari tingginya andil harga BBM terhadap angka inflasi secara bulanan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), komoditas bensin memberikan andil inflasi secara bulanan sebesar 0,89 persen. Kemudian, komoditas jenis solar memberikan andli sebesar 0,03 persen. "Seperti yang kita ketahui bersama pada 3 September lalu pemerintah telah mengambil keputusan melakukan penyesuaian terhadap harga BBM yaitu Pertalite, Solar, dan Pertamax," ujar Kepala BPS, Margo Yuwono, dalam konferensi pers, Senin (3/10/2022).

Kenaikan harga BBM tersebut kemudian ditransmisikan ke komponen tarif berbagai jenis angkutan transportasi. Ini pun tercermin dari andil inflasi berbagai jenis tarif angkutan transportasi. Tercatat tarif angkutan dalam kota memberikan andil inflasi secara bulanan sebesar 0,09 persen, tarif angkutan antar kota memberikan andil sebesar 0,03 persen, tarif kendaraan roda dua online memberikan andil 0,02 persen, dan tarif kendaraan roda empat online memberikan andil sebesar 0,01 persen. Dengan kenaikan harga BBM dan tarif angkutan transportasi, secara keseluruhan komoditas kelompok transportasi memberikan andil inflasi secara bulanan sebesar 1,08 persen. Adapun besaran inflasi secara bulanan sektor transportasi mencapai 8,88 persen, jauh lebih tinggi dibanding 10 kelompok komoditas lainnya.

"Pendorong utamanya inflasi terjadi pada kelompok pengeluaran transportasi. Transportasi terjadi inflasi sebesar 8,88 persen dan memberikan andil kepada inflasi sebesar 1,08 persen," tutur Margo.

Diredam kelompok makanan

Seiring dengan lonjakan inflasi pada sektor transportasi, sektor makanan, minuman, dan tembakau mencatatkan deflasi sebesar sebesar 0,30 persen. Realisasi ini kemudian mampu sedikit meredam laju inflasi, dengan andil deflasi secara bulanan sebesar 0,08 persen.

Jika dilihat berdasarkan komoditasnya, komoditas bawang merah memberikan andil deflasi paling besar di kelompok makanan, minuman, dan tembakau, yakni 0,06 persen. Kemudian diikuti oleh cabai merah 0,05 persen, minyak goreng 0,03 persen, tomat 0,02 persen, cabai rawit 0,02 persen, dan ikan segar 0,01 persen.

"Beberapa produk holtikultura di beberapa sentra produksi mengalami panen raya sehingga supalainya cukup, sehingga terjadi deflasi," ucap Margo.

 Sumber : kompas.com

 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved